Monday, March 26, 2012

Perjalanan Aneh

Adakah perjalanan aneh seperti ini di pulau Jawa: dari Jakarta mau ke Surabaya misalnya tapi harus transit di Semarang? Sepertinya tidak ada ya.

Tapi di Sulawesi ada.
Kemarin kami kedatangan kerabat dari Gorontalo, ia keponakan ibu saya. Malam sebelumnya ia tiba-tiba menelepon hendak ke Makassar. Tujuan utamanya sebenarnya Manado, dalam rangka perjalanan dinas. Tetapi karena kehabisan seat sementara ia harus bertugas ke Manado maka instansi tempatnya bekerja memesankan flight dari Gorontalo ke Makassar dulu, transit selama 5 jam baru kemudian melanjutkan perjalanan ke Manado.

Untuk Anda yang masih mengingat pelajaran IPS sewaktu SD dulu tentu bisa membayangkan betapa anehnya perjalanan ini. Namun bagi Anda yang sudah lupa peta Sulawesi, ini dia saya tayangkan untuk Anda:



Gorontalo, Manado, dan Makassar adalah bagian
dari 3 provinsi berbeda. Bukankan perjalanan Gorontalo - Manado
transit Makassar, aneh?

Nah, bagaimana, kebayang kan betapa anehnya perjalanan ini? J

Tiket yang tersisa hanya kelas bisnis yang notabene harganya lebih mahal. Untungnya dibiayai kantor, tiket pesawat ke Makassar yang normalnya berkisar di Rp. 400 ribu – Rp. 500 ribuan kini berharga Rp. 1.800.000! Bukan main (yuk bisnis penerbangan komersial J).

Satu kesyukuran bagi kami karena perjumpaan terakhir sudah sepuluh tahun berlalu. Senang juga bisa bertemu dengannya. Tambahan lagi ia menyempatkan membawa oleh-oleh khas Gorontalo: kue pia. Kue pia yang dikemas dalam plastik dan dimasukkan ke dalam dos merupakan industri rumahan yang sangat berkembang di Gorontalo. Rasanya macam-macam, ada yang original (rasa kacang hijau), keju, coklat, dan jagung. Enak. Saya paling suka yang rasa keju.

Kue pia dari Gorontalo
Sepupu saya itu bahkan sempat berbelanja tiga pasang setelan kantor muslimah di jalan La Madukelleng. Informasi mengenai butik yang menjual setelan kantor ini ia dapatkan dari koleganya. Ternyata tak mudah mencari butik yang menjual setelan kantor untuk muslimah (baju lengan panjang plus rok panjang). Ia kesulitan mendapatkannya di Gorontalo.

Sebenarnya ada yang menjual tetapi setelan biasa untuk perempuan, roknya pendek. Asyik juga pemilik bisnis ini, butiknya sudah dikenal di provinsi lain. Harganya pun relatif murah, hanya Rp. 200 ribuan per pasang. Kalau membeli sendiri bahan dan menjahitkannya ke tukang jahit tentu bisa lebih mahal daripada itu.

Saat ada kesempatan berbincang, saya katakan kepadanya, “Lucu juga ya Kak, dari Gorontalo mau ke Manado tapi transitnya di Makassar.”

“Iya. Soalnya kehabisan tempat. Kadang-kadang malah kita sudah pesan tiket ke Manado, pesawat tidak jadi berangkat. Di-cancel ke esok harinya,” ujarnya. Tentu saja jika yang terjadi seperti ini, tak mungkin baginya karena meeting yang harus dihadirinya kan sudah terjadwal.

Perjalanan via udara adalah pilihan yang tepat untuk perjalanan dinas. Sebenarnya bisa saja melalui darat yang makan waktu 6 jam. Tapi untuk seseorang yang memegang jabatan penting di instansinya, itu bukan cara yang terhormat jika pilihan melalui udara memungkinkan meski tak praktis.

Bayangkan saja betapa tak nyamannya perjalanan darat yang bisa saja makan waktu lebih dari 6 jam. Sampai di tujuan harus berhenti di terminal antarkota yang biasanya tingkat kenyamanannya jauh di bawah kenyamanan bandara. Untuk sebuah instansi besar, tentu sangat memalukan memperjalankan karyawati pentingnya dengan cara ini bukan? J

Alhamdulillah, sepupu saya sampai dengan selamat di Manado sekitar pukul sepuluh malam. Kemungkinan balik ke Gorontalo ia melewati jalan yang sama dengan jalan perginya.

Saya kira di antara tak ada yang mengalami perjalanan aneh seperti ini. Ah, saya mungkin salah. Barangkali saja ada ya? Apakah Anda pernah mengalaminya?

Makassar, 28 Maret 2012

Bisa dibaca juga yang lain:

No comments:

Post a Comment