Thursday, March 31, 2011

I feel like a medical guinea pig

Warning some people (including myself) may find this post very gross ....

I've been having ovarian problems for a year and a half. I'm so sick of the issue. My gynecologist keeps changing me from one medicine to another and nothing is helping. She keeps hesitating when I suggest just doing a hysterectomy because I'm "too young." I really want to just take a steak knife and cut out my ovaries

Eating Grapes in the Rain


1. If all the world is a stage, where are the audience sitting? In their own personal hells

2. If ghosts exist and are around us now, what happens if all life on Earth is destroyed? Would ghosts remain or also be destroyed? If ghosts are energy and energy on the planet is destroyed, wouldn't it destroy ghosts?
I don't believe in ghosts.... but I do find watching them on TV shows like "Being

Dagens favo

Det börjar bli en vana nu. Gymmet tre dagar i veckan och idag var det första gången på väldigt länge som jag var under 15 minuter på tre kilometer....
Doman & Gooding Feat. Dru & Lincoln- Runnin

King cartoon

Wednesday, March 30, 2011

Election cartoon

“Hanya Ibu Rumah Tangga Biasa” ... So What Gitu Loh!

            Sebelum mulai, saya tegaskan di sini bahwa isi tulisan saya ini sangat subyektif, khas saya, dan tidak bermaksud menyinggung siapa pun yang memiliki pilihan berbeda dengan saya. Setiap orang punya pilihan, dan inilah pilihan saya sejak melahirkan Affiq hingga saat ini. (Sebenarnya saat Affiq masih jadi anak tunggal, saya pernah berusaha melamar pekerjaan sampai akhirnya saya hamil Athifah, hal itu tidak saya lakukan lagi).
Oke ... mari kita mulai.
Pandangan sementara orang yang berkembang dewasa ini cenderung agak merendahkan (kadang-kadang malah terlalu merendahkan) orang-orang yang berpredikat ‘hanya ibu rumah tangga biasa’. Pengalaman saya membuktikan hal itu. Saya yang memilih ‘hanya menjadi ibu rumah tangga biasa’ sering dikomentari tidak enak. Demikian pula adik perempuan saya dan istri adik saya yang punya pilihan sama dengan saya.
            Suatu ketika seorang sahabat saya bertemu dengan teman SMA kami di Jakarta, ia bertanya tentang kabar-kabar teman se-SMA, termasuk saya. Saat ia bertanya apa pekerjaan saya, sahabat saya menjawab ibu rumah tangga. Ia merespons, “Ah, masa sih orang secerdas Niar hanya jadi ibu rumah tangga?”. Pedas. Untung sahabat saya membela saya. Tapi walau pedas, syukurlah ... ternyata dia mengakui kalau saya ini cerdas ... he .. he ... he.
            Tak jarang kerabat ‘menyayangkan’ saya yang seorang sarjana teknik, mengapa ‘hanya menjadi ibu rumah tangga’. “Sayang ya Tante”, kata seorang kerabat kepada ibu saya saat ia menanyakan apa pekerjaan dari anak-anak ibu dan ibu saya menjawab bahwa kedua anak perempuannya ‘hanyalah ibu rumah tangga biasa’. Biasalah ... pembicaraan di kalangan keluarga, atau teman-teman orangtua saya, kalau menanyakan tentang anak, pertanyaan pokoknya adalah tentang pekerjaan atau karir. Yah, apa mau dikata, itulah ukuran duniawi. Jarang yang bertanya tentang kualitas ruhani kerabat/anak-anak kenalan mereka.
            Terkadang saya sedih melihat ibu yang kelihatannya masih menyimpan obsesi agar saya berkarir di luar rumah. Saya maklum, ibu dan bapak saya yang tidak pernah mencapai gelar sarjana sangat berharap anak-anaknya berhasil menjadi sarjana lalu bekerja. Sederhana sebenarnya, seperti harapan kebanyakan orangtua. Pernah beliau duduk, menerawang dan menggumamkan keberhasilan seorang kerabat, wanita karir yang sekarang sudah menjadi kepala kantor. Beliau seolah menyesali, mengapa anak-anak perempuannya ‘hanya menjadi ibu rumah tangga biasa’. Sayangnya ibu tidak menyadari, walaupun duniawiah kelihatan sukses, ada kekurangan sang kerabat dalam hal pendidikan anaknya, yang tidak etis bagi saya untuk diceritakan di sini. Lagi pula ... satu hal yang saya syukuri, saya tidak pernah memberatkan ibu dalam pengasuhan ketiga anak saya.  Walaupun kami tinggal serumah, anak-anak saya urus sendiri sejak bayi, bersama suami. Malah beberapa hari setelah melahirkan Athifah, saya sudah membantu mengurus keperluan sahur/buka puasa di rumah (Athifah lahir 1 Ramadhan, sepulangnya kami ke rumah, saya langsung beraktivitas seperti biasa kecuali mencuc. Waktu itu ada 'asisten' yang membantu mencucikan pakaian selama sebulan. Setelah Athifah berusia sebulan, saya kembali mencuci sendiri karena 'asisten' kami mengundurkan diri) . Orang-orang lain memang punya anak yang bekerja, tetapi orangtuanya tak hentinya dilibatkan dalam mengurus anak-anak mereka. Alhamdulillah, saya dan adik saya tidak pernah merepotkan ibu kami. Sesekali saya dan suami keluar rumah untuk suatu keperluan, anak-anak lebih banyak dijaga oleh ayah saya. Itu pun setelah urusan makan dan mandi mereka selesai.
            Saya berpendirian, hal yang sangat berat pertanggungjawabannya kelak di akhirat jika saya bekerja (sementara anak-anak tidak saya urus), tetapi tidak demikian halnya jika saya mengurus anak-anak sehingga tidak bekerja di luar rumah. Anak-anak saya adalah tanggung jawab saya, bukan tanggung jawab orangtua saya, dan tentu saja bukan tanggung jawab pembantu/pengasuh. Mengurus anak-anak bukan sekedar memberikan kebutuhan jasmani bagi mereka (sandang, pangan, dan papan) tetapi juga mengisi ruhani mereka. Lihat:  (Pengembangan Diri Dunia-Akhirat ). Contoh kecil misalnya, siapa yang bisa menjamin anak saya yang usianya sudah 9,5 tahun shalat 5 waktu sementara saya tidak ada di rumah? Kalau hanya pembantu/pengasuh susah menjaminkan hal ini untuk saya. Kakek-neneknya saja kewalahan menghadapinya. Tetapi jika saya atau papanya ada, ia tahu kapan kewajibannya harus ia laksanakan, entah itu melalui ucapan halus, tatapan tajam, atau ancaman misalnya (sementara tatapan tajam dan ancaman – apalagi ucapan halus dari kakek-neneknya tidak mempan baginya ... apatah lagi jika dari pembantu/pengasuh).
            Membentuk ikatan batin dengan mereka adalah kebutuhan bagi saya. Dan saya sangat menyadari, ikatan batin bukanlah sesuatu yang ada dengan sendirinya hanya karena mereka lahir dari rahim saya tetapi itu adalah hal yang harus saya usahakan dengan sadar, harus saya rencanakan lalu saya bangun dan kemudian harus dipupuk. Bagi saya, itu butuh waktu, dan masa yang paling tepat adalah sejak mereka dalam kandungan, lahir, hingga membesarkannya. Ikatan batin yang kuat merupakan modal besar bagi saya agar dapat bersinergi dengan anak-anak agar kami sama-sama menjadi manusia berkualitas terbaik (secara ruhani) di dunia dan kelak di akhirat. (Lihat: Adakah Rindu Buat Ibu ?). Tanpa ikatan batin yang kuat, bisa saja anak-anak yang seharusnya menjadi cahaya mata dan hati berubah menjadi monster secara perilaku, karena tentu saja kontribusi ibu sangat besar dalam pembentukan kepribadian dan perilaku anak-anak, baik yang menurun secara genetika maupun melalui hal-hal yang dilakukan ibu dengan sengaja ataupun hal-hal yang tak pernah dilakukannya (Lihat: Membesarkan Sesosok Monster? Jangan Sampai!).
            Setiap momen dapat menjadi momentum dahsyat dalam pembentukan ikatan batin antara saya dan anak-anak, saat menyusui hingga 5 tahun pertama usia mereka (Lihat: Tak Ada yang Lebih Baik dari ASI, Saat-Saat Nikmat dan Momentum Berharga Seorang Ibu (Salam Hari Ibu 221205) ), saat mereka bertanya tentang Allah atau apa saja (Lihat: Deretan Pertanyaan Affiq, Deretan Pertanyaan Athifah, Berapa Tuhan ?, dan Tentang Allah ), sungguh, saya ingin ada saat pertanyaan-pertanyaan itu terlontar dalam benak mereka karena hal seperti itu juga merupakan momentum berharga, atau saat berkompromi dengan mereka. Kapan momentum dahsyat itu datang, saya tidak tahu pastinya, itu makanya saya ingin ada dekat mereka kala momentum itu datang. Selain itu, saya termasuk orang yang ‘egois’ karena saya menginginkan menjadi saksi bagi ‘saat-saat pertama’ mereka, entah itu saat pertama mengucapkan “Mama”, saat pertama merangkak, saat pertama berjalan, dan saat-saat pertama lainnya. Itu merupakan suatu nikmat bagi saya yang pasti susah saya dapatkan jika saya bekerja di luar rumah.
Salah satu momentum berharga adalah saat pelajaran sekolah anak saya yang sulung tidak mencapai target kurikulum. Ada banyak hal yang terjadi di sekolahnya, yang membuat kelasnya tertinggal hampir dalam semua mata pelajaran di banding kelas ‘sebelah’. Saya harus mampu mengetahuinya dan mengejar ketertinggalan kurikulumnya karena soal ulangan umum yang dia hadapi ‘tidak peduli’ apakah materi pelajaran sudah selesai diberikan oleh guru yang  bersangkutan atau tidak (lihat: SEKOLAH OH SEKOLAH ...). Juga ada saat-saat anak-anak meminta diladeni oleh saya – hanya oleh saya, bukan oleh papanya, padahal papanya ada dekat mereka (misalnya di: Ancaman). Hal-hal seperti itu tentu sulit saya penuhi jika saya bekerja di luar rumah.
Hal yang menarik, saya pernah membaca buku yang ditulis oleh Anni Iwasaki (orang Indonesia yang menikah dengan pria Jepang) bahwa perempuan-perempuan di Jepang meskipun sekolahnya tinggi, mereka cenderung memilih menjadi ‘ibu rumah tangga biasa’ ketimbang bekerja di luar rumah. Hal ini dibenarkan oleh seorang sahabat saya yang pernah tinggal di negeri sakura itu. Ada pula hal menarik dari salah satu tulisan yang saya kutip di blog ini menyebutkan: “.... ada penelitian sosiolog-sosiolog Islam terkemuka di Amerika. Hasilnya cukup mencengangkan, kata mereka sebaiknya negara harus membayar perempuan-perempuan yang tinggi sekolahnya tetapi dia memutuskan untuk menjadi ibu dan mendidik anaknya di rumah. Karena kontribusinya pada negara jauh lebih baik daripada uang yang disumbangkan dari pendapatan perusahaannya yang dikontribusikan untuk negara ...”. (Lihat: Tentang Kesiapan Menjadi Orang Tua dan Kontribusi Ibu pada Negara ).
Setelah semua kalimat dengan huruf tebal di atas, dan semua tulisan yang telah saya buat terkait dengan ‘paham keibuan’ yang saya anut, bagaimana mungkin ada orang lain yang bisa mengambil alih peran saya? Bagaimana mungkin ada orang yang lain yang bisa lebih baik dari saya? Saya bukan manusia yang sempurna tetapi saya adalah sosok yang terbaik bagi anak-anak saya. Bukannya bermaksud mengecilkan orangtua kami. Mereka sudah berjasa membesarkan kami, masa harus direpotkan lagi dengan mengurus cucu-cucu? Lagi pula masa anak-anak berkembang nanti sudah sangat tidak dipahami oleh mereka. Tambahan lagi saya pernah menyaksikan seorang pengasuh anak/PRT yang menemani anak majikannya beli es krim, sang pengasuh membukakan pembungkus es krimnya, menjilat dahulu es krim itu baru diberikan kepada anak sang majikan untuk dikonsumsi. Iiiih ... Saya pernah mendengar pengasuh yang menceboki anak majikannya menggunakan kaki karena jijik, atau pengasuh yang malas memberikan makan kepada anak majikannya. Saya juga pernah mendengar cerita tentang kerabat yang selalu kedatangan tamu-tamu mungil – 3 kakak-beradik - anak tetangga sebelah yang bapak-ibunya bekerja, di mana tamu-tamu mungil ini selalu saja merepotkan kerabat saya ini karena mereka suka membongkar isi lemari tuan rumah kalau bertandang. Kasihan, ibunya tidak pernah tahu kalau anak-anaknya malu-maluin di rumah orang. Kerabat saya ini juga cerita, ia pernah melihat seorang pengasuh yang sebenarnya sedang ‘bertugas’ tetapi tidak menjalankan tugasnya, ia asyik bertelepon-ria via HP, berlama-lama, sementara balita anak majikannya berkeliaran ke sana ke mari tanpa pengawasan di keramaian. Saya yakin, majikannya tidak tahu kelakuan pengasuhnya itu. Hmm ..  orang lain mungkin sanggup menjalankan peran (paham) keibuannya sambil bekerja di luar rumah tetapi tidak demikian halnya dengan saya. Sekali lagi, tulisan ini sangat subyektif, khas saya.
Akhir kata, saya memang ‘hanya ibu rumah tangga biasa’ so what gitu loh ?
Makassar 30 Maret 2011

Dagens favo

Sveriges smartaste och svinrikaste entreprenör fyller idag 85 år. Grattis Ingvar Kamprad!
Donald Byrd- The Emperor

"Black Swan" just about killed me


I'm very far behind making a post about the movie "Black Swan." Many people blogged about it when it came out in theaters, but I just watched it Sunday night. My boyfriend and I almost went to see it in a theater when it first came out, but I knew it looked creepy and I figured it would give me nightmares. Little did I know that it would trigger me into wanting to cut myself or worse.

In the

Tuesday, March 29, 2011

Tuesday, Mar. 29, 2011 - Eli Polonsky

Selections by guest DJ airtime pledge donor Craig Wehde

01. Blodwyn Pig - It's Only Love
02. Moby Grape - Can't Be So Bad
03. The Who - So Sad About Us
04. Sir Douglas Quintet - The Rains Came
05. The Choir - It's Cold Outside
06. Strawberry Alarm Clock - Rainy Day Mushroom Pillow
07. Lothar & The Hand People - Machines
08. The Seeds - A Thousand Shadows
09. Larry & The Blue Notes - Night Of The Sadist
10. Clear Light - She's Ready To Be Free
11. Jefferson Airplane - It's No Secret
12. Peanut Butter Conspiracy - My Dark On You
13. United States Of America - Garden Of Earthly Delights
14. Love - Maybe The People Would Be The Times Or Between Clark And Hilldale
15. Noel Harrison - It's All Over Now Baby Blue
16. Julie Driscoll, Brian Auger & The Trinity - This Wheel's On Fire
17. The Byrds - Everybody's Been Burned
18. West Coast Pop Art Experimental Band - Suppose They Gave A War And No One Comes
19. Tim Buckley - No Man Can Find The War
20. Barry McGuire - Upon A Painted Ocean
21. Richie Havens - Follow
22. Rhinoceros - When You Say You're Sorry
23. Fleetwood Mac - Black Magic Woman
24. Leslie West - Dreams Of Milk And Honey
25. Blodwyn Pig - See My Way
26. The Left Banke - Pretty Ballerina
27. Tommy Boyce & Bobby Hart - Pretty Flower
28. The Blues Project - Violets Of Dawn
29. Cream - N.S.U.
30. Albert King - Crosscut Saw
31. Paul Butterfield Blues Band - Get Out Of My Life Woman
32. Bo Diddley - Black Soul
33. Canned Heat - Smokey The Bear (forest fires PSA)
34. Detroit - Long Neck Goose
35. The Flaming Groovies - Second Cousin
36. The MC5 - American Ruse
37. The MC5 - Looking At You

Thanks again to Craig and his wife Paula for supporting WMBR, and to Craig for another great show!

Thanks for listening!
Eli Polonsky

Project 365 - photos 82-88

These are growing all over a big corporation near my house. So pretty ...


I have been wearing vanilla cupcake-scented perfume to work every day lately. One day a coworker made me feel guilty for my perfume making her hungry, so I bought everyone cupcakes, including these awesome ones with dragonflies ...


The redbud trees are in full bloom around here now ...


I took this inside a store. The

Are Adult Onset Eating Disorders the New Midlife Crisis?

By www.medcitynews.com

Each year, pediatricians see increasing numbers of very young children, who have fallen prey to eating disorders (EDs), in their clinics and hospitals. But the specter of anorexia, bulimia, and other eating-related disorders can manifest in people of any age. Increasingly, women in their thirties and forties fall prey to these devastating psychological disorders.

Starving

Romantic Rejection May Hurt Just Like Physical Pain

By HealthDay 

Memories of devastating heartbreaks appear to trigger activity in the brain that's similar to when people suffer physical pain, new research suggests.

"This tells us how serious rejection can be sometimes," said study author Edward E. Smith, director of cognitive neuroscience at Columbia University. "When people are saying 'I really feel in pain about this breakup,' you don't want

The Prissy Meme

The Queen's Meme #76

1. What is your favorite lipstick color and why?
I don't wear makeup ... any makeup. If I did, I'd probably go for black lipstick just because I like to be shocking

2. How long does it take you to get ready to go to work in the morning?
It takes a lot longer than it should. It takes about 90 minutes from the time I get out of bed until I'm ready to go out in public.

Marriage Counselor cartoon

Dagens favo

Det känns faktiskt ganska bra idag efter gårdagens alla måsten och göromål...
Jay Lumen & Nina Simone- Feeling Good

Monday, March 28, 2011

Cute Video and 3 Questions

Monday Mayhem

Q1. Do you think Donald Trump has a chance at becoming President of the US?
In the past I would have said no, but who knows these days. I mean, Arnold Schwarzenegger was able to win a governor's race, and the mayor of Oklahoma City is a former TV newscaster. Who knows what will happen in the future?

Q2. What's the best way to pile on the calories?
I'd have to say CiCi's Pizza's

"Ma, Suap!"

           "Ma, Suap!". Sulung saya, Affiq – yang sekarang berusia 9 tahun 8 bulan, masih suka mengucapkan kata-kata itu. Sering kali saya tolak dengan alasan dia sudah kelas 4 SD, koq masih disuap? Tetapi sesekali saya suap juga ia bersama kedua adiknya Athifah (4,5 tahun) dan Afyad (1,5 tahun). Merupakan kenikmatan tersendiri bagi saya jika menyuap ketiga buah hati ini, dan mereka makan dengan lahap. Kenikmatan karena masakan saya ternyata sangat dihargai oleh mereka dan kenikmatan bagi naluri keibuan saya.
            Suatu kali saya bertanya kepada sulung saya, “Kenapa sih Kamu suka sekali minta suap? Memangnya kalau Mama yang suap rasanya jadi lebih enak?”. Spontan ia mengangguk. Sekali lagi, satu kenikmatan bagi naluri keibuan saya membungkus hati saya.
            Saya ingat, dahulu pun saya senang sekali jika ibu saya menyuap saya, apalagi jika langsung dengan tangan beliau (tidak pakai sendok). Kenapa ? Ada dua alasan. Yang pertama, praktis saja, tidak repot (he...he), dan yang kedua, rasanya koq lebih nikmat ya disuap oleh ibu? Tidak sama rasanya jika saya yang menyuapkan sendiri ke mulut saya, padahal jenis makanannya sama. Begitu pun dalam hal masakan. Saya suka sekali telur dadar buatan ibu saya. Walaupun telur dadar yang saya buat tidak kalah enaknya (cie ... merasanya ..) dengan buatan beliau, tetapi bagi lidah saya, masakan beliau lebih enak dari masakan saya. Padahal bumbunya sama saja, bawang merah dan tomat yang ditumis! Kembali ke soal ‘suap-menyuap’. Mau tahu kapan terakhir kali saya disuap oleh ibu saya? Jawabannya adalah: sehari menjelang pernikahan saya. Saat itu usia saya 25 tahun. He .... he ... he.
Makassar 29 Maret 2011

Kehilangan Suara

Suatu pagi di suatu kerajaan hiduplah raja Budi yang suka teriak. Setiap  menugaskan pelayan-pelayan dia suka teriak-teriak dan pada saat memberitahu penduduk raja selalu berteriak.
                Pada suatu ketika saat sedang memberitahu penduduk, tiba-tiba raja kehilangan suara. Ia meminta tolong kepada seorang pelayannya yang bernama Ali. Dia berkata, “Hei Ali, tolong Aku!”. Ali menjawab, “Tenang Tuan akan meniru suara Hamba. Nah sekarang buka mulutnya”.
Olala suara raja Budi membuat penduduk tertawa. Penduduk dan rajanya pulang dengan gembira. “Terima kasih Ali. Ajari Aku cerita-cerita jenaka”, kata raja Budi.
By: My Affiq

King Computer cartoon

Dagens favo

Har ledig dag men nog lite för många järn i elden... Ferry Ultra Feat. Gwen McCrae- Let Me Do My Thing

Sunday, March 27, 2011

Docs warn about Facebook use and teen depression

By the Associated Press

Add “Facebook depression” to potential harms linked with social media, an influential doctors' group warns, referring to a condition it says may affect troubled teens who obsess over the online site.

Researchers disagree on whether it's simply an extension of depression some kids feel in other circumstances, or a distinct condition linked with using the online site.

4 Post Secret favorites

This week's Post Secret cards weren't the best for me. There were only four that stood out to me ...




5000 Question Meme, Part Two

Sunday Stealing: The 5000 Question Meme, Part Two
26. Who has done something today to show they care about you?
I just got out of bed, so I have had no contact with anyone other than my dogs. But my dog Oreo did snuggle with me for a long time before we got up. Honestly that's when I feel the most loved

27. Do you have a lot to learn?
I think everyone should learn something new each day.....

Dagens favo

Sommartiden är här men det är fortsatt kallt och blåsigt.
Att längta lite kostar ju inget i alla fall...

DJ Jazzy Jeff & The Fresh Prince- Summertime

TV cartoon

SEKOLAH AHAD, POTRET DEDIKASI GURU BERJIWA “LILLAHI TA’ALA”

Sudah hampir setahun ini Athifah bersekolah di sekolahan dekat rumah yang dikhususkan untuk anak-anak pra sekolah. Mulanya sekolah ini hanya berkegiatan pada hari Ahad dan hari-hari libur nasional. Sekolah ini didirikan oleh suami istri pencinta pendidikan : bapak Haryadi Tuwo dan ibu Najmiah Manfaluti. Saya dan suami senang Athifah berkegiatan di sekolah ini karena hidup pasangan suami istri ini didedikasikan pada pendidikan, adaTPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) Babul Jannah yang mengajarkan anak-anak sekitar mengaji. Mulai dari metode Iqra’, Qur’an  ‘besar’ (tajwid) hingga khatam dan ‘wisuda’. Sebelum wisuda, para santri diharuskan melalui ujian dan setelah lulus diberikan ijazah. Ijazah ini mereka pergunakan sebagai salah satu persyaratan masuk SMP negeri karena SMP negeri di kota Makassar mempersyaratkan para calon siswanya bebas buta aksara al-Qur’an. Biayanya pun tidak besar, paling tinggi hanya Rp. 20.000/anak per bulannya. Itu pun banyak yang nunggak. Sementara jadwal mengaji 5 kali sepekan (setiap hari, kecuali hari Selasa dan Jum’at). Maklum saja, masyarakat sekitar Rappocini lorong 3 ini banyak yang kurang mampu. Padahal ada 5 orang guru yang mengajar di TPA yang memiliki lebih dari 100 orang santri ini. 5 orang guru yang berjiwa lillaahi ta’ala. (Semoga ridha Allah beserta mereka).
Selain TPA untuk anak-anak, yayasan Babul Jannah yang membawahi TPA Babul Jannah ini, juga berinisiatif mengajarkan mengaji bagi para orang dewasa di sekitarnya. Biasanya bertempat di masjid Bani H. Adam Taba yang berjarak sekitar 10 meter dari lokasi TPA (yang juga merupakan kediaman pak Haryadi dan ibu Najmiah). ‘Biaya’-nya lillaahi ta’ala. Benar-benar dari Allah SWT.
Sekolah informal untuk anak-anak pra sekolah yang diikuti 30-an anak ini, tidak berbayar alias gratis. Anak-anak hanya dibiasakan bersedekah setiap masuk sekolah. Rata-rata mereka menyisihkan Rp. 1.000 - Rp. 5000 setiap kali bersekolah. Dana yang terkumpul tidak seberapa dan biasanya digunakan kembali untuk keperluan para siswa. Awalnya ada 2 orang guru lagi selain pak Haryadi dan istrinya yang mengajar di sekolah ini, tetapi tidak berlangsung lama. Sekarang tinggal pak Haryadi, ibu Najmiah, dan anaknya Oda yang mengajari siswa-siswa mungil itu .
Sekarang sekolah ini berkegiatan 4 kali sepekan, pada setiap hari Selasa, Kamis, Jum’at, dan Ahad. Pak Haryadi dan istrinya tengah mengusahakan pengajuan proposal ke dinas Pendidikan setempat agar sekolah ini bisa mengusahakan ijazah TK bagi para siswanya. Kata ibu Najmiah, ada keponakannya mendirikan sekolah serupa ini dan sekarang sudah bisa mengeluarkan ijazah padahal muridnya hanya sepuluh orang. Yah, mudah-mudahan saja ... biaya sekolah TK mahal. Jika hal itu terwujud akan sangat membantu masyarakat sekitar memperoleh ijazah TK bagi anak mereka, karena sekarang banyak SD negeri yang memprioritaskan memilih calon siswa yang ber-ijazah TK ketimbang yang tidak memilikinya. Semoga Allah meridhai-Nya dan memurahkan rezeki orang-orang yang berdedikasi tinggi terhadap pendidikan ini. Amin yaa Rabbal ‘alamin.
Makassar, 26 Maret 2011

Saturday, March 26, 2011

New Bumper Sticker


Dagens favo

Efter ett hårt arbetspass så blev det ännu ett hårt pass på gymmet med inkluderad femkilometersrunda. Inte nog med detta så tog jag och promenixade hem...
Lamont Dozier- Going Back To My Roots

Cannibal cartoon

It's getting harder just to feel alive


I wish I had some clue about what is happening to me lately. I feel like I'm slipping back into a black hole. I feel like I'm losing my sanity again. I just don't get it. I had started to come out of my depression. I had started to see the light at the end of the tunnel. Everything looked like it was getting better. Then everything came crashing down suddenly. It was seemingly out of the blue.

Animal 'Hoarding' Often Tied to Mental Illness

By HealthDay

A small army of animal welfare workers spent nearly 10 hours removing hundreds of sick and dying animals from a rural North Carolina property in one of the United States' larger animal-hoarding cases.

More than 400 animals -- 17 species in all, ranging from ducks and rabbits to dogs and cats -- had been living in squalor with a middle-aged couple claiming to be animal rescuers. Yet

A Long December

Saturday 9: A Long December

1. Looking back at it now, how were your holidays and your time on New Year's Eve?
I spent Thanksgiving alone. I ate my holiday meal at a crowded restaurant, then I went to work. For Christmas, my fiance and I went to my mom's house, and that was ok. New Year's sucked ass. I had to work, which was ok, but my fiance and I were in the middle of a massive fight. Overall

Friday, March 25, 2011

My therapy will start April 1 (hopefully)


I finally got a call back pretty late on Thursday about the domestic violence/rape counseling. An intake appointment was set up for April 1st. Anyone else think it's funny that I'm going to enter the counseling program on April Fools Day?

Well I guess I won't for sure be entering the program. They have to evaluate me to see if they think I'm a "right fit" for the program. I don't know how I

Inilah Dua Realita dari Dua Dunia

             Pernah nonton Uya Emang Kuya yang tayang di SCTV? Bagi saya, nonton acara yang berhasil meraih Panasonic Gobel Award tahun ini kategori program Reality Show terfavorit ini selalu menarik karena secara tidak langsung menyajikan realita di sekitar kita, terutama realita kota megapolitan Jakarta. Menjadi sangat menarik bagi saya karena saya memang suka mengamati reaksi spontan orang-orang dan mempelajarinya (wah .. sok illmiah ya) dan karena saya kini tengah membesarkan 3 orang buah hati saya yang tumbuh di tengah iklim sosial (baik nyata maupun virtual) yang perkembangannya makin menakjubkan sekaligus mengerikan ini.
Realita pertama. Tayangan Uya Emang Kuya yang baru saya tonton mengetengahkan kesediaan sepasang pemuda-pemudi yang bersedia dihipnotis. Maharani dan Diki. Kisah nyata dan pikiran serta perasaan bawah sadar mengalir dari mulut mereka bak air yang mengalir. Maharani adalah gadis desa super lugu dari kabupaten Bandung. Berteman di facebook dengan Diki, seorang pemuda sederhana - karyawan restoran yang berusia 21 tahun, tinggal di Jakarta. Suatu ketika, Maharani yang tengah putus cinta, ditinggal kawin sang kekasih curhat dengan Diki. Diki menanggapinya santai, “Ke Jakarta aja, nanti aku cariin kerjaan daripada sumpek di kampung”. Tak dinyana, Maharani pada suatu pagi menelepon Diki, “Aa ... saya udah di terminal kampung rambutan!”, rupanya tanggapan Diki itu ditanggapinya dengan sangat serius. Berbekal biaya yang diperoleh dari hasil menjual dua ekor kambing emak di kampung, secepat kilat ia menuju Jakarta, kota impian para pencari kerja. Maharani ini super lugu, suatu ketika ia berboncengan dengan Diki hingga mereka kena tilang karena melanggar peraturan lalu-lintas. Seperti kebiasaan masyarakat kita, Diki menyodorkan sejumlah uang pada oknum petugas polantas agar mereka bisa lolos dari jerat hukum. Bukannya memahami hal itu sebagai usaha suap, Maharani berkomentar begini, “Mana ada coba orang sebaik Aa Diki, diberhentikan di jalan sama orang terus orang itu dikasih uang. Baik banget ‘kan?”.
Beruntung Diki pemuda yang baik, ia bertanggung jawab mencoba mencarikan Maharani pekerjaan. Hingga 3 bulan Maharani ngekos di Jakarta, nasib baik belum menghampiri. Uang simpanan kian menipis. Sementara benih-benih cinta mulai tumbuh di antara mereka. Sekali lagi, Maharani beruntung bertemu pemuda yang baik. Diki masih mengusahakan pekerjaan baginya dan berharap ia tak terjerumus pergaulan tak sehat di megapolitan Jakarta.
Realita Kedua. Salah satu hasil berselancar di dunia virtual – internet, saya menemukan banyak sekali iklan khusus dewasa yang sangat berbahaya jika dikonsumsi orang dewasa tak bermoral. Mari simak bunyi iklannya:
S***** adalah obat perangsang tradisional atau obat perangsang herbal yang dikemas dan diproduksi secara tradisional yang memiliki hasiat sangat bagus untuk membangkitkan gairah setiap wanita yang mengalami kurang gairah dalam hubungan intim. Obat perangsang, ramuan ini sangat aman digunakan oleh tubuh karena terbuat dari bahan- bahan herbal tradisional indonesia yang sangat terjaga keamananya dan khasiatnya, berbentuk cair warna bening seperti air, tanpa rasa dan bau  bisa dicampurkan kedalam semua jenis minuman dan makanan karena akan larut dalam semua jenis makanan dan minuman, 15 menit setelah minum maka langsung reaksi dan tahan hingga 2 jam, bisa dicampurkan kedalam minuman asalkan jangan dingin.
Harga 50.000 (Kemasan 20ml bisa dipakai 3x)
Harga obat perangsang cair ini sangat terjangkau sekali pas bagi anda yang sekedar coba- coba atau memiliki uang pas, dijamin cewek yanga Anda tuju akan klepek- klepek dibuatnya. Cara penggunaan 10 tetes ramuan kedalam 1 gelas minuman lalu aduk hingga merata obatnya, tunggu kira2 3 menit lalu berikan pada cewek yang anda tuju, biarkan dia minum dan obatnya akan bekerja setelah waktu 15 menit.
            Mengerikan! Dengan harga semurah itu, mudah pula didapatkan. Tanpa benteng moral. Berapa banyak orang bisa jadi korban? Bukan hanya yang berbentuk cairan, ada pula yang bubuk dan permen karet! Sudah begitu, bahasa iklannya pun menggiring orang untuk berpikir yang tidak-tidak. Na’udzu billah min dzalik.
            Realita pertama yang saya ceritakan di atas adalah realita yang beruntung, beberapa kali berita di TV memuat gadis-gadis belasan tahun korban FB yang diculik orang-orang tak bertanggung jawab. Ada yang berujung dengan pernikahan bawah tangan. Beruntung Maharani tidak bertemu dengan orang yang bermain tanpa moral dalam realita kedua. Sungguh mengerikan jika itu yang terjadi ...
            Ya Allah ... ridhailah iman Islam menyala dalam dada kami. Lindungilah Kami dan anak-anak Kami dari kejahatan dunia ini. Baik dunia nyata maupun dunia virtual ...
Makassar, 26 Maret 2011

Why does it hurt so bad to be in a relationship?

Friday Fill-Ins

1. Why does it _hurt so bad to be in a relationship?

2. _Work__ is equal __to big massive stress__.

3. My favorite breakfast includes _scrambled eggs, lots of cheese, and salsa wrapped up in a tortilla__.

4. _"The Vampire Diaries: The Return: Midnight"_ was the last book I read _while on the toilet_.



5. I am SO glad _that people can't read my mind__.

6. _Mac & cheese

John Lennon

Welcome to Rock 'n Roll Fridays

1. Gimme Some Truth: What is one undeniable truth in your life?
Life sucks....

2. Instant Karma: Why in the world do you think you are here?
I've come to the conclusion that God wants me to help people in some way, but I'm too damn lazy to figure out what I'm supposed to do

3. Out of the Blue: Has anyone ever came out of the blue for you?
For some reason I just

March 25, 2011, playlist with host Alex McNeil

Finishing up our week featuring music all by women artists (all selections from CD unless noted):
01. Teri Thornton - The Open Highway (Route 66) (1963)
02. Raquel Welch - I'm Ready to Groove (1965)
03. Kari Lynn - Cleo Cleopatra (1962)
04. Tracey Dey - Teenage Cleopatra (1963)
05. Chiyo & Crescents - Devil Surf (1963)
06. Florraine Darlin - Johnny Loves Me (45, 1964)
07. Diane Renay - Growin' Up Too Fast (1964)
08. Bernadette Castro - His Lips Get in the Way (1964)
09. Cinderellas - Baby Baby I Still Love You (1964)
10. Trudy Pitts - A Man and a Woman (1967)
11. Sharon Tandy - I've Found Love (1965)
12. Jeannie & the Big Guys - I Want You (1963)
13. Britt - You Really Have Started Something (1965)
14. Mally Page - You Can Be Wrong About Boys (1966)
15. Castanets - I Love Him (alt. mix, 1963)
16. Sadina - I Want That Boy (1965)
17. Jessicas James & the Outlaws - Give Her Up Baby (1965)
18. Betty McQuade - Midnight Bus (1961)
19. Carolyn Crawford - My Smile Is Just a Frown Turned Upside Down (1964)
20. Velvelettes - He Was Really Sayin' Something (1965)
21. Barbara Randolph - I Got a Feeling (1967)
22. Kim Weston - Take Me in Your Arms (stereo, LP, 1965)
23. Rhetta Hughes - Light My Fire (45, 1969)
24. Marlena Shaw - Mercy Mercy Mercy (1967)
25. Margie Joseph - It's Growing (1972)
26. 2 of Clubs - Look Away (1967)
27. Julie Monday - Come Share the Good Times with Me (45, 1966)
28. Ashes - Is There Anything I Can Do (1966)
29. Marcia Strassman - The Flower Children (LP, 1967)
30. Judy Roderick - Someone to Talk My Troubles To (1965)
31. Linda Perhacs - If You Were My Man (1970)
32. Vashti (Bunyan) - Train Song (1966)
33. Dana Gillespie - Donna Donna (1966)
34. P. P. Arnold - First Cut Is the Deepest (1966)
35. Dusty Springfield - How Can I Be Sure (1970)
36. Alder Ray - A Little Love (Goes a Long Way) (1964)
37. Reparata & Delrons - Take a Look Around You (1966)
38. Royalettes - It's Gonna Take a Miracle (1965)
39. Jackie DeShannon - When You Walk in the Room (1964)

Report Card cartoon

Dagens favo

Det är inte varje dag man blir serverad våfflor med grädde och sylt...
People´s Choice- Jam Jam Jam (All Night Long)

Thursday, March 24, 2011

I am seeking new therapy for abuse/rape

I've alluded to the fact that I'm not doing well lately, but I haven't explained. I'm not even sure how to explain what's happening. Always in the past I had a pretty good understanding of my own mind and what I was going through, but now I'm at a loss. I set out on a path of self-discovery a while back. I've been trying to face all my issues in an attempt to overcome them. Somehow by facing them

Project 365 - photos 73-83

I'd love to explain this first photo, but I can't do it on here ...


This heart was "branded" into a table at a steakhouse my fiance took me to ...

These are flowers in my yard ...



Massive cross at a local church ...

Pearlz (right) had to go to the vet and get two teeth removed. Oreo kept trying to smell the bandage on her leg where they put an IV in, but it just pissed her off ...

Pearlz

My current favorite TV shows

Several of my favorite television shows have ended recently, and I've had to find some new ones to replace what I used to watch all the time. Here are my top faves, right now:

Thursday 13
1) "The Vampire Diaries"

2) "Pretty Little Liars" 

3) "Nikita"

4) "Being Human" U.S. version

5) "Drop Dead Diva"

6) "Big Bang Theory"

7) "V"

8) "The Event"

9) "Private Practice"

10) "How I Met Your

Favorite animals

What are your top ten favorite animals?

Oooh, finally a meme I really really want to do. Animals are my favorite things in the world.... especially when they're still babies

1) Puppies, of any type



2) Kittens, also of any type



3) Chinchillas



4) Leopards. I prefer snow leopards, but the normal ones are cute too



5) Kangaroos



6) Koala bears



7) Tigers, specifically white, but I

Obama Peace Prize Cartoon Bonus!

Locking the Dead In

Locking the Dead In

1. Would you try a dog food flavored jelly bean? What about skunk spray or vomit flavored?
Never ever 

2. Are any keys on your keyboard worn off?
Not yet, but this computer is still fairly new

3. Why are the lids on coffins nail/locked/sealed? Are we afraid they are going to get out?
Yep, wouldn't want the zombies getting loose

4. True love. Define it.
I always use the

City Hall cartoon

Dagens favo

Det är inte bara my main man Petter som fyller år idag utan även Gabriel har namnsdag.
Med lite fantasi bjudes idag på..
Peter Gabriel- Sledgehammer
och så med en liten twist...
3rd Bass- Pop Goes The Weasel

Wednesday, March 23, 2011

Libya cartoon - Bonus!


Nanny Ogg's Song

Right, I've been active...
Sorry about that.
This is a great song. Respect to Sir Terry Pratchett.

Dagens favo

Datastrul!
Det är inte min data på bilden men jag skulle gärna vilja göra så där...
Kraftwerk- Home Computer
och den avändes bl. a i denna monsterhit...
The KLF- What Time Is Love

Report: More women have romantic regrets

By The New York Times

We all have regrets, but new research suggests the most common regret among American adults involves a lost romantic opportunity.

Researchers at Northwestern University and the University of Illinois at Urbana-Champaign collected data from 370 adults in the United States during a telephone survey. They asked respondents to describe one memorable regret, explaining what it

Teman Baru

Suatu hari Athifah pulang sekolah, ia mengatakan ada teman barunya di sekolah. Athifah kemudian menyanyikan lagu yang baru dipelajarinya, “Ada anak baru masuk sekolah. Pakai baju merah rambutnya ekor kuda. Siapa namanya, siti Nurhani. Mana rumahnya jalan Rappocini. Nomor berapa, nomor tiga puluh”. Mama yang mendengarkan berkata, “Mama dulu juga punya teman baru, namanya siti Rohani, bukan siti Nurhani” ...
            Mama teringat lagu yang sama yang ia kenal saat TK, 31 tahun yang lalu, “Ada anak baru, masuk sekolah. Pakai baju merah, rambutnya ekor kuda. Siapa namanya, siti Rohani. Mana rumahnya, jalan Ratulangi. Nomor berapa, nomor tiga puluh”. Awet juga lagu itu ya ... Ini sih lagu sepanjang zaman ...
21 Maret 2011

Lagu Baru

Di sekolah, Athifah (4,5 tahun) belajar lagu-lagu baru. Pulang ke rumah ia menyanyikannya, "Topi sayang bunda, bunda sayang topi ...". Mama mengoreksi, "Topi saya bundar, bundar topi saya ...". Ada pula lagu, "Kasih ibu kepada beta, tak terhinggap sepanjang masa. Hanya memberi, tak ada pemberi. Bagai sam surya menyinari dunia". Mama juga mengoreksinya. Tetapi, berhari-hari kemudian dua kalimat terakhir lagu itu menjadi, "Hanya memberi, tak hadap kembali. Bagai sam surya menyinari dunia".
He .. he ... lagi senang-senangnya menyanyi
 21 Maret 2011

Membesarkan Sesosok Monster? Jangan Sampai!

             Pernah dengar kisah Malin Kundang? Saya kira iya. Siapa sih di negara ini yang tidak kenal Malin Kundang, tokoh legenda yang kerap dijadikan bahan untuk mendoktrin anak kecil perihal keharusan berbakti kepada orangtua, terkhusus ibu. Saya pernah melihat sebentuk patung manusia yang tengah bersujud di pantai Air Manis, Padang yang konon merupakan patungnya. Malin Kundang adalah sosok monster yang menjadi legenda. Bukan monster secara fisik, melainkan secara perilaku.
Benar, anak perlu diajar (atau diharuskan?) berbakti kepada kedua orangtuanya. Tetapi jika merenungkan kisah Malin Kundang terjadi, alih-alih mengatakan “Makanya, jadi anak jangan durhaka” kepada anak-anak, saya lebih cenderung mempertanyakan seberapa besar sebenarnya peran ibu dan juga ayahnya dalam pembentukan kepribadian Malin Kundang semasa kecil? Karena secara psikologis, peran ibu dan ayah amat sangat besar bagi kepribadian anaknya, entah itu melalui genetika mereka yang menurun ke anak, melalui hal-hal yang memang sengaja dicontohkan oleh mereka, melalui hal-hal yang tidak sengaja (secara spontan) dilakukan, bahkan melalui hal-hal yang tidak pernah mereka lakukan.
Saya beberapa kali menyaksikan orang-orang yang sejak kecil selalu saja diikuti kemauannya, saat besar menjadi orang-orang yang berusaha mendapatkan segala keinginannya, dengan segala cara walaupun mengorbankan saudara kandungnya sendiri. Mereka berubah menjadi sesosok monster! Misalnya saja, ada suatu kejadian sepasang kekasih terpaksa batal menikah karena uang simpanan sang lelaki sebanyak dua puluhan juta rupiah ludes dilalap kakak kandungnya sendiri. Dan ada anak yang tega mengusir ibunya dari rumah padahal rumah itu milik ibunya. Bukankah ini perilaku monster?
Ada laki-laki yang tumbuh menjadi seorang bapak yang sangat kikir bahkan kepada anak dan istrinya, ada suami yang suka memukuli istrinya padahal ia seorang ustadz di pesantren, ada istri yang meninggalkan suaminya begitu saja kemudian memperoleh anak dari laki-laki lain, ada ibu yang dengan bangga menceritakan bahwa anak-anaknya bisa sekolah tinggi karena hasil korupsi kecil-kecilannya sewaktu kerja (kalau tidak demikian, tidak mungkin ia bisa menyekolahkan anak-anaknya, katanya). Bukankah mereka berubah menjadi monster?
Anak-anak bisa mengalami kesukaran emosional, karena perubahan tuntutan hidup dan perubahan sikap orangtuanya, di samping pertumbuhan diri pribadi mereka, yang kadang-kadang tidak dimengerti orangtuanya. Memang ada anak-anak yang bernasib baik, karena dilahirkan dalam keluarga yang hidup tenang, penuh penghargaan satu sama lain, dan mengenal betul sifat serta ciri-ciri pertumbuhan yang dilalui anak-anak. Tetapi banyak pula anak yang dilahirkan dalam keluarga yang penuh pertentangan, ketegangan, dan percekcokan antara kedua orangtuanya, serta tidak mengerti pertumbuhan yang dilalui anak-anaknya, tidak tahu tuntutan dan kebutuhan pokok anak, seperti kebutuhan akan rasa aman, ketenangan, dan kasih sayang. Maka anak-anak seperti itulah yang sering mengalami penderitaan emosi atau kelainan kelakuan[i]. Penderitaan emosi ataupun kelainan kelakuan  yang tidak tertangani sedini mungkin tentu saja akan berpengaruh terhadap kepribadian anak pada masa dewasa, dan tidak akan berubah tanpa yang bersangkutan menyadari dirinya tengah mengalami masalah emosional/perilaku.
Hal ini sangat saya sadari sehingga sering kali saya dan suami harus bersikap tegas terhadap buah hati kami meski ketegasan kami membuat mereka menangis dan menjerit-jerit dan hati kami ikut tersayat pilu  karenanya. Misalnya saja dalam hal pemenuhan keinginan mereka. Jika saat masih kecil saja kami tidak kuasa menolak semua keinginan mereka, bagaimana nanti di saat mereka beranjak remaja lalu dewasa? Saat dewasa nanti mereka tentu sangat menguasai trik-trik menaklukkan (bahkan menguasai) hati orangtuanya untuk mendapatkan keinginannya. Entah itu menginginkan barang atau pernikahan misalnya, banyak kasus di sekitar kita yang memperlihatkan betapa sang anak (yang sebenarnya sudah dewasa) tega berkeras orangtuanya harus menuruti keinginannya walaupun orangtua hingga saudaranya berutang sekali pun sementara ia sendiri tidak punya daya-upaya untuk mewujudkan keinginannnya! Kelemahan orangtua menolak dijadikan senjata oleh mereka. What a monster!
Saya pernah melihat seorang ibu membelikan bola ‘kesekian’ pada balitanya karena balitanya enggan melepas bola itu sesaat setelah tertangkap matanya di sebuah mal. “Padahal di rumah sudah ada 6 bolanya, tapi dia berkeras, ya bagaimana lagi”, kata ibu itu. Seketika saya membayangkan jika minggu depan ke mal dan melihat bola lalu anaknya merengek, dia pasti membelikannya, jika bulan depan, 6 bulan berikutnya, dan tahun-tahun berikutnya sang anak yang memang maniak main bola ini berperilaku seperti itu, apa sang ibu tetap akan membelikannya? Wow ... mereka bisa buka toko khusus menjual bola mainan!
Masih jelas dalam ingatan saya ketika suatu hari saya, suami, dan Affiq – sulung kami – yang sekarang berusia 9,5 tahun, berboncengan ke sebuah toko buku. Kala itu Affiq masih berusia 3 tahun. Begitu mata Affiq melihat mainan kayu, ia langsung menyukainya. Affiq minta dibelikan. Kami menolaknya karena mainan itu sudah terlalu mudah untuknya, tidak ada gunanya. Affiq berkeras menginginkannya, kami pun berkeras menolaknya. Lalu ia kami bujuk dengan buku cerita yang lebih sesuai baginya. Akhirnya ia mengangguk. Affiq pun memilih bukunya. Namun setelah membayar buku dan hendak keluar, kami melewati lemari tempat mainan kayu itu dipajang, minat Affiq terhadap benda itu muncul kembali, ia minta dibelikan. Walau sudah dijelaskan alasannya, dan sudah dibelikan buku, ia tetap ngotot ingin memiliki mainan tersebut. Kami tetap berkeras menolak keinginannya. Affiq mulai menangis, duduk di lantai toko buku. Segala bujukan tak mempan. Tangisnya makin keras, ia bahkan baring, menjerit-jerit. Saya dan papanya sepakat, kami harus segera ‘cabut’ dari situ. Suami saya menggotongnya, mendudukkan paksa di atas motor, saya memegang kuat-kuat badannya, dan kami pun berlalu dari halaman toko. ‘Lumayan’ juga rasanya, jadi pusat perhatian selama kira-kira 15 menit di sana.
Sudah pukul 12 siang kala itu. Matahari tengah terik-teriknya tepat di atas kepala. Affiq masih mengamuk. Saya memakaikan topi. Ia buka topinya, menolak. Karena ada keperluan, kami ke rumah teman yang jaraknya sekitar 6 km dari toko buku. Sepanjang jalan menuju ke sana, Affiq masih berontak. Sampai di tujuan, ia tidak mau masuk. Ia masih menangis, kali ini ia duduk di tengah jalan depan rumah teman kami, untung jalan itu seukuran gang dan tidak ramai. Segala bujuk-rayu kami, teman kami, sampai orangtuanya tidak mempan. Affiq tetap mengamuk. Setelah urusan selesai, kami pun berkendara sejauh  3 km menuju pulang, masih dengan Affiq yang menangis. Sampai di rumah, ia masih saja meraung. Sedikit air untuk membasahi tenggorokan ditolaknya, termasuk sebotol susu kesukaannya padahal sedari tadi ia belum minum. Seperti sebelumnya, segala bentuk bujukan tak mempan. Akhirnya saya mengeluarkan ‘jurus’ pamungkas. Saya mengambil air wudhu, mengambil al-Qur’an, duduk tenang di dekatnya, lalu membaca surah Yasin dengan tartil. Satu kali khatam surah Yasin, Affiq masih menangis keras. Saya ulangi lagi hingga khatam. Suara tangisnya mulai pelan. Ketiga kalinya, saya khatamkan lagi surah Yasin. Affiq diam, ia tidur. Tetapi hanya sebentar, 5 menit kemudian ia bangun dengan segar. Seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya, dengan riang ia minta susu botolnya. Affiq memulai aktifitasnya dengan energi baru seolah habis di-charge padahal hampir 2 jam lamanya ia mengamuk!
Saat usianya 4 tahun, Affiq lebih ceriwis dan lebih komunikatif. Kalau dibawa ke mana-mana ia sering mengatur apa yang harus kami lakukan dan yang tidak boleh kami lakukan. Kalau ke toko ia sering mengatur apa yang ‘boleh’ dan ‘tidak boleh’ kami beli karena harganya yang “mahal”. Begitu pula kali itu, saat melihat susu bubuk putih kemasan 1 kg yang saya pilih, Affiq mulai bertingkah. Dengan super ngotot, ia berkata tidak menginginkan susu itu. Ia malah menunjuk merk susu lain, untuk usia 6 tahun ke atas sambil berkata bahwa susu pilihan saya “mahal” (padahal ia tidak mengerti harganya!). Dengan tenang, saya dan papanya berusaha membujuknya dengan berbagai penjelasan yang masuk akal. Di wajahnya muncul mimik keras, ia tetap berkeras tidak mau susu itu.
Akhirnya saya dan suami capek membujuknya. Kami berusaha bersabar, Affiq lalu kami tinggalkan di rak susu. Saya kemudian berjingkat-jingkat, bersembunyi pada jarak 5 meter darinya dan papanya menghilang sejauh 10 meter. Saya memperhatikan tindak-tanduknya, ia duduk diam-diam di rak paling bawah, tidak melakukan apa-apa. Sesekali matanya melihat-lihat berbagai macam merk susu di sekitarnya. Menit demi menit saya amati, ia belum juga mencari kami! Sekitar 10 menit kemudian ia mulai celingak-celinguk. Akhirnya ia berdiri dan berjalan, menyeberang menuju rak di depannya. Ia kemudian menelusuri muatan rak itu dengan tatapannya. Pelan-pelan saya mendekati rak itu. Lalu saya mengintipnya. Mendengar suara langkah kaki, ia menoleh dan melihat saya, kami berdua bertatapan dan seketika itu juga saling melempar senyum. Tidak lama suami saya mendekati kami. Kami bertiga saling menatap dengan senyum. Suami saya lalu mengajak Affiq mengitari sejenak sekitar situ sementara saya menunggu di troley. Affiq menurut dengan ikhlas. Selanjutnya kami bertiga menuju kasir. Suami saya berucap, “Affiq tadi mengetes Kita!”. Saya mengiyakan.
Beberapa minggu sebelumnya, di sebuah toko swalayan, Affiq ‘mengetes’ kami dengan kengototannya terhadap salah satu merk jelly yang berusaha kami hindari karena tidak mencantumkan label ‘HALAL’ pada kemasannya. Produk itu mengandung ‘EMULSIFIER’ tetapi tidak mendefinisikan dari mana emulsifier itu berasal. Kami ragu membelinya karena ternyata banyak produk menggunakan emulsifier yang berbahan dasar hewan yang diharamkan dalam Islam untuk dikonsumsi. Dan mungkin saja produk itu salah satu di antaranya. Segala bujuk rayu ditampik oleh Affiq, ia tetap berada di depan rak yang memajang produk itu dengan mimik ngotot sembari merengek. Hendak ditukar dengan apapun, ia menolak!
Akhirnya saya menyerah, kesabaran saya hampir habis. Saya mencoba menenangkan diri dengan melihat-lihat isi swalayan itu sambil berharap semoga suami saya berhasil membujuknya. Lima menit kemudian, suami saya dan Affiq menghampiri saya. Di bibir mereka berdua tersungging senyum tipis. Di dalam keranjang belanjaan di tangan suami saya terdapat sebungkus jelly berlabel ‘HALAL’ yang sedari tadi ditawarkan kepada Affiq tetapi ditampiknya. Dengan heran saya bertanya pada suami saya, bagaimana cara ia membujuk buah hati kami. Suami saya menjawab bahwa penjelasannya simpel saja, ia hanya mencoba menjelaskan bahwa sebagai muslim, kami harus memilih produk yang ada tanda ‘HALAL’-nya. Affiq yang sedang belajar mengeja lalu diajak oleh papanya untuk membaca tulisan ‘HALAL’ sekaligus mengenali huruf Arab-nya. Alhamdulillah, ia mau mengerti penjelasan papanya dan mau menerima merk lain sebagai pengganti.
Kemampuan mengendalikan diri erat kaitannya dengan kecerdasan emosional. IQ (kecerdasan intelektual) tinggi hanya menyumbang 20% pada kesuksesan kondisi masa depan, 80%-nya ditentukan oleh kecerdasan emosional.  Ada 5 wilayah utama kecerdasan emosional: mengenali emosi diri (orang yang memiliki kewaspadaan akan perasaan diri sendiri tidak mudah dikendalikan oleh emosinya sendiri), mengelola dan mengekspresikan emosi (orang yang memiliki kemampuan ini, lebih cepat menguasai perasaan-perasaan negatif yang timbul, dan bangkit kembali ke kehidupan emosi yang normal), memotivasi diri sendiri (orang yang memiliki kemampuan ini lebih tekun dan lebih gigih, sigap mencari solusi kehidupan, tidak mudah menyerah), mengenali emosi orang lain (penelitian pada 1011 anak yang memiliki kemampuan ini merupakan anak yang secara emosional paling mantap. Mereka tergolong paling populer di sekolah, lebih berhasil di sekolah meski IQ rata-rata mereka tidak lebih tinggi dari anak yang kurang mampu membaca pesan non verbal), dan membina hubungan (dalam situasi pergaulan sosial, orang yang memiliki kemampuan ini dikenal sebagai kawan yang menyenangkan, mereka membuat orang di sekitarnya merasa akrab dan aman). [ii]
Buku yang saya baca mengatakan bahwa untuk mewujudkan kecerdasan seperti itu pada anak, orangtua bisa mengajarkan dan mengembangkannya sesuai dengan perkembangan usia anak. Itu berarti, kita sebagai orangtua juga harus memiliki kecerdasan ini. Padahal pada kenyataannya, banyak orangtua yang tidak memiliki kecakapan mengenali emosi diri, dengan mudah rasa marah bisa mengendalikan dirinya sehingga bersikap tidak selayaknya orang dewasa. Boro-boro mengenali emosi orang lain, emosinya sendiri tidak bisa dikenalinya, apalagi dikelolanya? Pada akhirnya, bahkan anaknya sendiri pun merasa tidak nyaman berada di dekatnya. Wah .. tidak mudah ya? Ehm ... saya pun pernah mengalami masalah dengan pengendalian emosi. Setelah membaca buku tentang ini, saya tercenung. Tidak mudah, tetapi sebenarnya tidak sulit. Saya harus mulai dari diri saya dulu, membenahi kecerdasan emosional saya sendiri.  Daripada kelak saya membesarkan sesosok monster? Naudzu billah min dzalik ....
Demikianlah, waktu terasa berlalu cepat. Banyak peristiwa terjadi di mana saya dan suami ‘saling berebut wilayah kekuasaan’ dengan Affiq. Ia mengetes apakah wilayah itu bisa ia geser. Dan kami harus konsisten dengan wilayah itu jika tidak mau di suatu ketika kelak ada ‘monster’ yang mencoba merebutnya. Di antara adik-adiknya, Affiq yang paling keras wataknya. Alhamdulillah, walaupun demikian, ia mulai mengerti bahwa walaupun kami sayang padanya, tidak semua keinginannya serta-merta diikuti. Ia harus belajar mengendalikan diri. Mudah-mudahan Allah meridhai.
Makassar, 21 Maret 2011



[i] DR. Zakiah Darajat, “Perawatan Jiwa Untuk Anak-Anak”, N.V. Bulan Bintang, 1982. Buku ini merupakan terjemahan dari disertasi beliau pada Fakultas Pendidikan, Universitas Ein Shams, Kairo pada tahun 1964 untuk mencapai gelar DOKTOR (Ph.D) dalam pendidikan dengan spesialisasi Psycho Therapy (Perawatan Jiwa).
[ii] Seri Ayahbunda, “Mengembangkan Kecerdasan Emosi”, Yayasan Aspirasi Pemuda, 1997.

Bertengkar

Kak Nita baru pulang dari toko buku.
Kak Nita: Budi, Badi. Kakak beli buku baru untuk kalian. Ada di atas meja.
Budi: Wah, terima kasih Kak.
Kak Nita : Sama-sama.
Badi: Budi, ini aku punya.
Budi: Aku yang punya.
Badi: Tapi Kak Nita yang belikan aku.
Budi: Aku yang dibelikan.
Kak Nita: Eh... Eh... kenapa kalian bertengkar ?
Nenek langsung datang.
Nenek: Budi, Badi. Orang yang berkelahi akan berdosa. Nah, sekarang minta maaf.
Badi: Budi, minta maaf ya.
Budi: minta maaf juga ya.
(My Affiq)

Bertemu Teman TK

Di sekolah SD Makassar,  Budi dan Ali, teman TK bertemu di sekolah.
Budi: Hei, apa kabar Ali ?
Ali: Baik, kalau kamu Bud ?
Budi: Saya baik. Bagaimana liburanmu waktu kita masuk SD ?
Ali: Asyik, saya berlibur di pantai. Kalau kamu ?
Budi: Saya asyik. Saya berlibur di Museum.
Ali: Oh begitu, oke, sampai jumpa Bud.
Budi: Sampai jumpa.
(Affiq)

Shopping cartoon

Tuesday, March 22, 2011

Tuesday, Mar. 22, 2011 - Eli Polonsky

Celebrating Women's History Month - All Female Artists

12:03. Fifty Foot Hose - Rose
12:06. United States Of America - The Garden Of Earthly Delights
12:10. Ultimate Spinach - Ballad Of The Hip Death Goddess
12:19. Julie Driscoll, Brian Auger & The Trinity - This Wheel's On Fire
12:26. Jefferson Airplane - Chauffer Blues - LIVE
12:31. Grace Slick & The Great Society - Sally Go 'Round The Roses - LIVE
12:37. Sweetwater - In A Rainbow
12:40. Judy Henske - High Flying Bird
12:43. Buffy Sainte-Marie - The Universal Soldier
12:47. Big Brother & The Holding Company w/Janis Joplin - I Need A Man To Love - LIVE
12:53. Chicken Shack - I'd Rather Go Blind - REQ
12:56. Mother Earth - I'll Be Long Gone
01:01. Laura Nyro - It's Gonna Take A Miracle - REQ
01:07. Cold Blood - You Got Me Hummin'
01:14. Ellen McIlwaine - I Don't Want To Play
01:17. Bonnie Raitt - Bluebird
01:22. Judee Sill - Jesus Was A Crossmaker - REQ
01:26. Pozo-Seco Singers - Time
01:29. Norma Tanega - Walkin' My Cat Named Dog
01:31. The Seekers - I'll Never Find Another You
01:34. We Five - Let's Get Together
01:37. Mama Cass Elliot, Mary Travers, Joni Mitchell - I Shall Be Released
01:41. Fairport Convention - Who Knows Where The Time Goes
01:46. Pentangle - Light Flight
01:49. The Roches - Hammond Song - REQ
01:56. Fanny - Hey Bulldog

Thanks for listening!
Eli Polonsky

Opinion cartoon

Dagens favo

Det var bättre förr...
Björn Skifs- Firefly

Monday, March 21, 2011

More random questions

More random questions

1. Are you concerned at all with the possibility that radiation leaks could head your way?
Nah. We'll all die someday anyway

2. What is the one thing that you will always go cheap on?
Groceries. If I can figure out a way to get something on sale and/or with a coupon, I will go for it

3. What would you buy that price would have no limit?
Gas for my car. Oklahoma has no

Psychologists seek authority to prescribe psychotropic medications

By Michelle Andrews
Washington Post

In any given year, more than a quarter of U.S. adults have a diagnosable mental health problem — from depression to bipolar disorder — yet fewer than half get any kind of treatment for it. The figures are similar for children.

Many who do receive care get it through their primary-care physician rather than a mental health professional like a psychiatrist or

CIA cartoon

Dagens favo

Då var det en ny vecka och dags för träning igen...
Soul Avengerz Feat. Max C- If You Want My Love

Sunday, March 20, 2011

Fave Post Secret Cards

I'd love to make comments on my favorite Post Secret cards from this week, but I just don't have the emotional energy....

 



The 5000 Question Meme, Part One

Sunday Stealing
1. Who are you?
Well, if you ask my ex-boyfriends, I'm a psychotic bitch

2. What are the 3 most important things everyone should know about you?
I am moody, I hate people, and you never want to piss me off

3. When you aren't memes like this one what are you doing?
Working or sleeping for the most part

4. List your classes in school from the ones you like the most to the ones

Political Correctness is Marxism Version 2.0

political correctness is marxism version 2.0political correctness is marxism version 2.0political correctness is marxism version 2.0political correctness is marxism version 2.0

Unconscious Mutterings

Unconscious Mutterings 

I say ... and you think ... ?
Jacob :: (Jacob's) Ladder
Green :: with envy
Cupcake :: Wars
Acts :: like a lady
Thunderous ::
President :: Nerd
Anxiety :: is killing me
Matter :: of fact
Diner :: (Diners), Drive-Ins and Dives
Absence :: doesn't make the heart grow fonder